
Jumat, 13 September 2013
Kamis, 12 September 2013
Ada suatu cerita tentang eksotika pemainan yang bisa membudaya. Anak-anak berkumpul di halaman, bertautan tangan membentuk sebuah lingkaran. 'jamuran', begitu permainan ini namakan. Jamuran ini adalah permainan tradisional di Yoyakarta, Jawa Tengah dan sekitarnya yang dulu kerap dimainkan anak-anak.
Sebelum permainan ini dimulai biasanya di awali dengan hompimpah untuk menentukan siapa menang siapa kalah. kalah atau menang, anak-anak tetap riang. anak-anak yang menang, bergandengan membentuk lingkaran sembari melantunkan syair jamuran sementara satu anak yang berdiri di tengah lingkaran yang menandakan bahwa anak itu yang kalah.
Jamuran… jamuran…ya ge ge thok
jamur apa ya ge ge thok
Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung
sira badhe jamur apa?
begitu
kira-kira syairnya. tiba pada kalimat 'sira badhe jamur apa?', si anak
yang berada di tengah lingkaran lantas berteriak menyebut sebuah gerakan
pura-pura yang wajib kami perbuat. anak-anak lain yang semula
bergandengan tangan membentuk lingkaran, kontan berhamburan. Untuk
menirukan seperti apa yang di ucapkan si anank yang kalah tadi. Misal
seperti ini.....
'jamur montor!'
ketika
di ucapkan 'jamur montor! Anak-anak yang berhamburan untuk berubah
menjadi berbagai kendaraan beroda. ada yang menjadi mobil polisi. ada
yang menjadi dokar. ada yang menjadi sepeda motor. ada yang menjadi
kereta. masing-masing kami bergumam menirukan suara tiap-tiapnya sembari
berjalan mondar-mandir. hingga terdengar lagi sebuah suara.
'jamur patung!'
lantas
anak-anak bergegas menjadi patung. diam tak bergerak. tidak boleh
tersenyum. tidak boleh tertawa. meski digoda. meski diajak berbicara.
bagi
anak yang tertawa, tersenyum, atau yang bergerak akan terkena hukuman
yaitu ia harus menggantikan posisi anak yang kalah tadi.bila sudah ada
yang terkena, kami lantas bermain lagi dari mula. bila sudah ada
terhukum, kami yang terbebas bisa lega tersenyum.
yang
kena hukuman, masuk ke dalam lingkaran. yang lainnya, bergandengan
tangan melingkar dan mulai menembang. jamuran... jamuran... ya ge ge
thok............ . . .
tiba pada kalimat 'sira badhe jamur apa?'(intinya permainan dimulai seperti awal tadi).
'jamur monyet!'
Anak-anak
segera melepas tautan tangan. semua berhamburan. macam-macam
gerakannya. ada yang dengan segera memanjat pohon. ada yang hanya
menggaruk-garuk kepala. ada yang sesekali meloncat-loncat. ada yang
seketika duduk dan berpura-pura seperti sedang mencari kutu pada kepala
temannya.
anak-anakpun banyak yang tertawa terpingkal karenanya.
'jamur patung!'
maka seketika itu juga kami tidak boleh bergerak. seketika itu juga kami tidak boleh tertawa.
nyatanya
ada yang tidak bisa, tetap terpingkal sehingga terkena hukuman. Jika
yang terkena hukuman lebih dari satu maka ditentukan dengan pingsut atau
hompipah.
sementara
malam terus diremangi rembulan. tembang jamuran... jamuran... godhong
gedang.. siram bayem jamur apa!... terus di nyanyikan.
http://permata-nusantara.blogspot.com/2009/02/permainan-jamuran_7392.html
Godong-godongan, Permainan Tradisional yang Mengenalkan Aneka Tumbuhan
![]() |
sumber: infomanfaat.com |
Dari sekian banyak jenis permainan itu, ada salah satu jenis permaian yang mungkin hanya ada di kampung saya (Kawasan Jombang Selatan). Setidaknya saya belum pernah menemukan jenis permainan ini di tempat-tempat lain yang pernah saya singgahi. Atau sampai saya menulis artikel ini, saya mencoba menelusuri di mesin pencari pun, tak ada yang menyebut-nyebut nama permainan ini. Jadi memang kemungkinan permainan ini hanya ada di kampung saya dan kampung-kampung sekitar kampung saya.
Nama permainan ini adalah Godong-godongan, dari
asal kata dedaunan. Ya, permainan ini menggunakan daun dari aneka
tumbuhan sebagai sarana permainannya. Entah sejak kapan permainan ini
ada di kampung kami. Yang jelas sejak saya lahir dan tumbuh, permainan
ini sudah ada. Dan sepertinya permainan ini dulu tercipta untuk
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan perkebunan yang memang ditumbuhi
dengan subur aneka jenis tumbuhan.
Permainan ini
dilakukan pada siang atau sore hari dan harus beramai-ramai lebih dari
10 orang. Kalau jumlah pemainnya kurang dari 10 orang akan terasa kurang
seru. Misalnya 10 orang, dari 10 orang ini 1 orang harus menjadi
“pesakitan” atau “terdakwa” yang harus mengejar 9 orang lainnya.
Biasanya kami memainkan di halaman sekolah atau di rumah-rumah penduduk
yang mempunyai halaman cukup luas, dengan menggunakan cagak atau tiang
rumah atau tiang bendera di halaman sekolah untuk dijadikan basisnya
(pegangan utama).
Untuk mengawali permainan harus ditentukan dulu siapa yang dadi atau
menjadi “terdakwa”-nya atau menjadi kucingnya terlebih dahulu. Biasanya
kami menentukan atau mengundi dengan cara hom pim pah (menggunakan
telapak tangan) dan suitan (menggunakan jari). Setelah ada terdakwa atau
yang menjadi kucing, baru permainan bisa dimulai. Awalnya, 9 pemain
mengambil posisi pegangan pada tiang yang dijadikan basisnya. Kemudian 1
pemain yang menjadi kucing berada pada posisi berhadapan sekitar 4-5
meter dengan 9 pemain lainnya. Setelah itu sang kucing harus menyebut
salah satu jenis daun yang ada di sekitar permainan yang harus dipegang
oleh 9 pemain lainnya. Setelah memegang jenis daun itu 9 pemain harus
kembali lagi menuju tiang yang menjadi pegangan awal.
Nah, dalam proses lari menuju daun yang disebut oleh si kucing itu, dan
juga proses kembali setelah menyentuh atau memegang daun menuju tiang
utama, si kucing harus mengejar 9 pemain itu sampai menangkap atau
menyentuh salah 1 dari 9 pemain. Jika si kucing tak mampu menangkap,
maka posisi dia tetap menjadi kucing dan harus mengejar 9 pemian lain
dengan menyebut jenis daun lain. Namun, jika si kucing sudah bisa
menangkap 1 pemain, maka posisi dia sebagai kucing akan digantikan oleh
pemain yang tertangkap itu. Demikian seterusnya. Dan yang menjadi
catatan, selama pemain selain yang menjadi kucing berada atau memegang
tiang utama dan/ataupun daun, maka ia mempunyai sifat “kebal”, artinya
si kucing tak bisa menangkap dan/atau menyentuh yang kemudian posisinya
tergantikan. Sekali lagi hanya bisa batal, jika pemain
tertangkap/tersentuh ketika berlari saja, baik berlari menuju daun atau
kembali ke tiang utama.
Yang terpenting dalam permainan ini setidaknya dibutuhkan dua hal utama. Pertama, pemain harus gesit dan kuat berlari agar tak terkejar atau tertangkap sehingga mudah menjadi terdakwa. Kedua, para
pemain harus hafal berbagai jenis daun dari tetumbuhan yang ada di
sekitarnya. Sudah pasti kalau tak hafal nama tumbuhannya akan kesulitan
memainkanya. Dan yang terpenting nama-nama tumbuhan itu harus mengikuti
nama-nama yang biasa disebut di kampung kami, baik dengan nama lokal
atau nama-nama umumnya.
Dalam permainan ini, terkadang ada “kecurangan” yang dibolehkan.
Biasanya diantara semua pemain ada yang kurang gesit, atau pemain
sedikit sombong dan tak terlalu disukai temannya, maka ia akan menjadi
pemain yang dalam bahasa kami, diceng atau diincar dan dijadikan
bulan-bulanan untuk terus menjadi kucing dengan berbagai cara. Tentu
saja dengan cara yang tak kentara dan tetap menjaga sportivitas serta
melakukannya tak terencana atau spontanitas dalam satu permainan. Para
pemain biasanya sudah saling tahu sama tahu mana sekiranya target yang
layang dijadikan kucing terus-terusan. Kami melakukan ini biar ada
pelajaran. Buat pemain yang kurang gesit, biar dia lebih gesit berlari
dan buat teman yang sedikit sombong biar tak semakin sombong dihadapan
teman-teman lain.
Namun demikian, yang terpenting dari permainan godong-godongan
ini bagi kami adalah selain menjadi sarana bermain bersama diantara
teman sebaya, bersosialisasi sekaligus olah raga, permainan ini juga
mengajarkan kepada kami untuk mengenal lingkungan, mengenal berbagai
jenis tumbuhan yang ada di sekitar. Banyak sekali aneka tumbuhan yang
awalnya kami tak mengenalnya, terpaksa kami harus mengetahui Ada banyak
tumbuhan semacam rerumputan dan tanaman perdu, daun kopi, daun cengkeh,
daun waru, waribang (kembang sepatu), kembang kertas, bunga setengah
empat, andong, beluntas, putri malu, singkong, ketela rambat, bidara,
bougenvile, pecah piring (kaca piring), kumis kucing, dan masih puluhan
jenis lainnya yang harus kami kenali. Berbagai jenis tumbuhan ini memang
tumbuh subur di kampung kami yang berada di lereng pegunungan. Jadi,
sekali lagi mungkin permainan ini tercipta dari kondisi geografis
kampung kami yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan.
Ya, itulah godong-godongan,
salah satu permainan yang ada di kampung kami yang tahun-tahun terakhir
saya tak pernah melihat lagi permainan ini dimainkan anak-anak di
kampung. Godong-godongan
memang sebuah permainan yang sederhana dan khas anak-anak desa yang
pernah saya dan teman-teman sebaya mainkan, permainan yang sarat akan
nilai-nilai edukasi yang sedikit banyak telah mengisi masa kanak-kanak
kami.
http://pencangkul.blogspot.com/2013/08/godong-godongan-permainan-tradisional.html#more
http://pencangkul.blogspot.com/2013/08/godong-godongan-permainan-tradisional.html#more
PETAK UMPET
Berbeda nama di setiap daerah menjadi hal yang wajar seperti permainan ini di daerah gebog sering di sebut Djaluman namun daerah Jurang menyebutnya Delian. Tipe permainan ini mudah di lakukan di daerah mana saja tidak peduli kota atau desa. Satu orang harus dengan keadaan mata tertutup agar tidak melihat kawan-kawannya bersembunyi di manapun(dengan syarat harus berada dalam lingkup yang di tentukan).
Setelah
keadaan aman dan semua kawan bersembunyi maka satu orang akan mencarinya. Satu
per-satu tanpa terkecuali orang pertama yang terlihat oleh orang yang berjaga
akan menggantikannya untuk berjaga dengan cara inilah orang-orang akan
berganti-ganti menjadi penjaga.
Permainan
ini akan terasa seru jika orang yang bersembunyi ada orang yang mencarinya,
namun terlihat susah payah dan ada juga keadaan yang sangat di benci
orang-orang dalam bermain ini jikalau harus menjadi seorang penjaga.
Dalam petak umpet tidak membutuhkan
property-property yang banyak namun hanya membutuhkan anggota anggota sebab
tanpa di sertai anggota, maka permainan ini tidak akan terjadi.http://tandaistifham.blogspot.com/2013/02/permainan-tradisional.html
PERMAINAN TRADISIONAL : Galah Asin (Gobak Sodor)
Galah Asin atau di daerah lain
disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia
yang saat ini masih dapat kita jumpai dimainkan anak-anak SD. Permainan ini
adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing
tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar
tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk
meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses
bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya
dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa
juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi
menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan
kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi
dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas
vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas
horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga
berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas
bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas
vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk
keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini
sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu
berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
Istilah permainan Gobak Sodor
dikenal di daerah Jawa Tengah, sedangkan di daerah lain seperti galah lebih
kenal di Kepulauan Natuna, sementara di beberapa daerah Kepulauan Riau lainnya
dikenal dengan nama galah panjang. Di daerah Riau Daratan, permainan galah
panjang ini disebut main cak bur atau main belon. Sedangkan, di daerah Jawa
Barat di kenal dengan nama Galah Asin atau Galasin. Gobak Sodor adalah sejenis
permainan daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup
yang terdiri dari dua grup, dimana masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang.
Cara Bermain
Cara melakukan permainan ini
yaitu:
·
Membuat garis-garis penjagaan dengan kapur
seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap.
·
Membagi pemain menjadi dua tim, satu tim terdiri
dari 3 – 5 atau dapat disesuaikan dengan jumlah peserta. Satu tim akan menjadi
tim “jaga” dan tim yang lain akan menjadi tim “lawan”.
·
Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan
menjaga lapangan , caranya yang dijaga adalah garis horisontal dan ada juga
yang menjaga garis batas vertikal. Untuk penjaga garis horisontal tugasnya
adalah berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk
melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi
seorang yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal maka tugasnya
adalah menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah
lapangan.
·
Sedangkan tim yang menjadi “lawan”, harus
berusaha melewati baris ke baris hingga baris paling belakang, kemudian kembali
lagi melewati penjagaan lawan hingga sampai ke baris awal.
Peraturan
Berikut ini peraturan –
peraturan yang berlaku dalam permainan Galasin (Gobak Sodor) adalah sebagai
berikut:
·
Pemain terbagi menjadi 2 kelompok yang terdiri
dari 3 – 5 orang (disesuaikan).
·
Jika 1 kelompok terdiri dari 5 orang maka
lapangan dibagi menjadi 4 kotak persegi panjang, yang berukuran 5m x 3m
(disesuaikan).
·
Tim “jaga” bertugas menjaga agar tim “lawan”
tidak bisa menuju garis finish.
·
Tim “lawan” berusaha menuju garis finish dengan
syarat tidak tersentuh tim “jaga” dan dapat memasuki garis finish dengan syarat
tidak ada anggota tim “lawan” yang masih berada di wilayah start.
·
Tim “lawan” dikatakan menang apabila salah satu
anggota tim berhasil kembali ke garis start dengan selamat (tidak tersentuh tim
lawan).
·
Tim “lawan” dikatakan kalah jika salah satu
anggotanya tersentuh oleh tim “jaga” atau keluar melewati garis batas lapangan
yang telah ditentukan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan dilakukan
pergantian posisi yaitu tim “lawan” akan menjadi tim “jaga”, dan sebaliknya.
Manfaat
Permainan ini sangat menarik,
menyenangkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga
dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. Nilai
Spiritual dalam Permainan Gobak Sodor selain kebersamaan, kita juga bisa
belajar kerja sama yang kompak antara satu penjaga dan penjaga lain agar lawan
tidak lepas kendali untuk keluar dari kungkungan kita. Di pihak lain bagi
penerobos yang piawai, disana masih banyak pintu-pintu yang terbuka apabila
satu celah dirasa telah tertutup. Jangan putus asa apabila dirasa ada pintu
satu yang dijaga, karena masih ada pintu lain yang siap menerima kedatangan
kita, yang penting kita mau mau berusaha dan bertindak segera. Ingatlah bahwa
peluang selalu ada, walaupun terkadang nilai probabilitasnya sedikit.
http://fannyseptria.blogspot.com/2012/11/permainan-tradisional-galah-asin-gobak.html
Langganan:
Postingan (Atom)