![]() |
sumber: infomanfaat.com |
Dari sekian banyak jenis permainan itu, ada salah satu jenis permaian yang mungkin hanya ada di kampung saya (Kawasan Jombang Selatan). Setidaknya saya belum pernah menemukan jenis permainan ini di tempat-tempat lain yang pernah saya singgahi. Atau sampai saya menulis artikel ini, saya mencoba menelusuri di mesin pencari pun, tak ada yang menyebut-nyebut nama permainan ini. Jadi memang kemungkinan permainan ini hanya ada di kampung saya dan kampung-kampung sekitar kampung saya.
Nama permainan ini adalah Godong-godongan, dari
asal kata dedaunan. Ya, permainan ini menggunakan daun dari aneka
tumbuhan sebagai sarana permainannya. Entah sejak kapan permainan ini
ada di kampung kami. Yang jelas sejak saya lahir dan tumbuh, permainan
ini sudah ada. Dan sepertinya permainan ini dulu tercipta untuk
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan perkebunan yang memang ditumbuhi
dengan subur aneka jenis tumbuhan.
Permainan ini
dilakukan pada siang atau sore hari dan harus beramai-ramai lebih dari
10 orang. Kalau jumlah pemainnya kurang dari 10 orang akan terasa kurang
seru. Misalnya 10 orang, dari 10 orang ini 1 orang harus menjadi
“pesakitan” atau “terdakwa” yang harus mengejar 9 orang lainnya.
Biasanya kami memainkan di halaman sekolah atau di rumah-rumah penduduk
yang mempunyai halaman cukup luas, dengan menggunakan cagak atau tiang
rumah atau tiang bendera di halaman sekolah untuk dijadikan basisnya
(pegangan utama).
Untuk mengawali permainan harus ditentukan dulu siapa yang dadi atau
menjadi “terdakwa”-nya atau menjadi kucingnya terlebih dahulu. Biasanya
kami menentukan atau mengundi dengan cara hom pim pah (menggunakan
telapak tangan) dan suitan (menggunakan jari). Setelah ada terdakwa atau
yang menjadi kucing, baru permainan bisa dimulai. Awalnya, 9 pemain
mengambil posisi pegangan pada tiang yang dijadikan basisnya. Kemudian 1
pemain yang menjadi kucing berada pada posisi berhadapan sekitar 4-5
meter dengan 9 pemain lainnya. Setelah itu sang kucing harus menyebut
salah satu jenis daun yang ada di sekitar permainan yang harus dipegang
oleh 9 pemain lainnya. Setelah memegang jenis daun itu 9 pemain harus
kembali lagi menuju tiang yang menjadi pegangan awal.
Nah, dalam proses lari menuju daun yang disebut oleh si kucing itu, dan
juga proses kembali setelah menyentuh atau memegang daun menuju tiang
utama, si kucing harus mengejar 9 pemain itu sampai menangkap atau
menyentuh salah 1 dari 9 pemain. Jika si kucing tak mampu menangkap,
maka posisi dia tetap menjadi kucing dan harus mengejar 9 pemian lain
dengan menyebut jenis daun lain. Namun, jika si kucing sudah bisa
menangkap 1 pemain, maka posisi dia sebagai kucing akan digantikan oleh
pemain yang tertangkap itu. Demikian seterusnya. Dan yang menjadi
catatan, selama pemain selain yang menjadi kucing berada atau memegang
tiang utama dan/ataupun daun, maka ia mempunyai sifat “kebal”, artinya
si kucing tak bisa menangkap dan/atau menyentuh yang kemudian posisinya
tergantikan. Sekali lagi hanya bisa batal, jika pemain
tertangkap/tersentuh ketika berlari saja, baik berlari menuju daun atau
kembali ke tiang utama.
Yang terpenting dalam permainan ini setidaknya dibutuhkan dua hal utama. Pertama, pemain harus gesit dan kuat berlari agar tak terkejar atau tertangkap sehingga mudah menjadi terdakwa. Kedua, para
pemain harus hafal berbagai jenis daun dari tetumbuhan yang ada di
sekitarnya. Sudah pasti kalau tak hafal nama tumbuhannya akan kesulitan
memainkanya. Dan yang terpenting nama-nama tumbuhan itu harus mengikuti
nama-nama yang biasa disebut di kampung kami, baik dengan nama lokal
atau nama-nama umumnya.
Dalam permainan ini, terkadang ada “kecurangan” yang dibolehkan.
Biasanya diantara semua pemain ada yang kurang gesit, atau pemain
sedikit sombong dan tak terlalu disukai temannya, maka ia akan menjadi
pemain yang dalam bahasa kami, diceng atau diincar dan dijadikan
bulan-bulanan untuk terus menjadi kucing dengan berbagai cara. Tentu
saja dengan cara yang tak kentara dan tetap menjaga sportivitas serta
melakukannya tak terencana atau spontanitas dalam satu permainan. Para
pemain biasanya sudah saling tahu sama tahu mana sekiranya target yang
layang dijadikan kucing terus-terusan. Kami melakukan ini biar ada
pelajaran. Buat pemain yang kurang gesit, biar dia lebih gesit berlari
dan buat teman yang sedikit sombong biar tak semakin sombong dihadapan
teman-teman lain.
Namun demikian, yang terpenting dari permainan godong-godongan
ini bagi kami adalah selain menjadi sarana bermain bersama diantara
teman sebaya, bersosialisasi sekaligus olah raga, permainan ini juga
mengajarkan kepada kami untuk mengenal lingkungan, mengenal berbagai
jenis tumbuhan yang ada di sekitar. Banyak sekali aneka tumbuhan yang
awalnya kami tak mengenalnya, terpaksa kami harus mengetahui Ada banyak
tumbuhan semacam rerumputan dan tanaman perdu, daun kopi, daun cengkeh,
daun waru, waribang (kembang sepatu), kembang kertas, bunga setengah
empat, andong, beluntas, putri malu, singkong, ketela rambat, bidara,
bougenvile, pecah piring (kaca piring), kumis kucing, dan masih puluhan
jenis lainnya yang harus kami kenali. Berbagai jenis tumbuhan ini memang
tumbuh subur di kampung kami yang berada di lereng pegunungan. Jadi,
sekali lagi mungkin permainan ini tercipta dari kondisi geografis
kampung kami yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan.
Ya, itulah godong-godongan,
salah satu permainan yang ada di kampung kami yang tahun-tahun terakhir
saya tak pernah melihat lagi permainan ini dimainkan anak-anak di
kampung. Godong-godongan
memang sebuah permainan yang sederhana dan khas anak-anak desa yang
pernah saya dan teman-teman sebaya mainkan, permainan yang sarat akan
nilai-nilai edukasi yang sedikit banyak telah mengisi masa kanak-kanak
kami.
http://pencangkul.blogspot.com/2013/08/godong-godongan-permainan-tradisional.html#more
http://pencangkul.blogspot.com/2013/08/godong-godongan-permainan-tradisional.html#more
Tidak ada komentar:
Posting Komentar